Perawatan TBM dan TM
PEMELIHARAAN TANAMAN KELAPA SAWIT
Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan produksi yang tinggi apabila genetik tanaman tersebut berasal dari tetua yang baik dan berasal dari benih yang bersertifikat atau legitim. Selain itu, produksi tanaman kelapa sawit yang dihasilkan juga di pengaruhi oleh faktor ketersediaan air dan unsur hara dan juga faktor lingkungan seperti hama tanaman, gulma, dan penyakit. Untuk memenuhi kesesuaian faktor faktor tersebut maka dilakukan pemeliharaan tanaman kelapa sawit.
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan suatu usaha untuk meningkatkan dan atau menjaga kesuburan tanah dalam lingkungan pertumbuahn tanaman, guna mendapatkan tanaman yang sehat dan berproduksi sesuai yang diharapkan. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit terbagi menjadi 2 yaitu pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM).
Dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, karyawan harus melakukan sesuai prosedur agar tercapai hasil yang maksimal dan tanaman dapat berproduksi tinggi. Namun, dalam pelaksanaannya dilapangan tidak semua karyawan bekerja secara maksimal dan sesuai dengan prosedur. Maka dari itu perlu dilakukan pengendalian mutu pemeliharaan tanaman kelapa sawit.
A. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman belum menghasilkan adalah tahapan dimana tanaman telah ditanam hingga memasuki panen pertama yaitu antara 30-36 bulan. Adapun pemeliharaan tanaman belum menghasilkan yaitu meliputi Rawat jalan tikus, rawat piringan, pengendalian gulma, rawat gawangan, konsolidasi, pemupukan, dan kastrasi sanitasi.
1. Perawatan jalan tikus
Jalan tikus terletak di antara dua baris tanaman kelapa sawit yang berfungsi sebagai jalan para pekerja untuk melakukan perawatan secara keseluruhan. Jalan tikus dengan lebar 1,2 m – 1,5 m harus bebas dari tunggul dan sisa sisa anak kayu yang mengganggu jalan pekerja. Selain itu juga bebas dari gulma dan tanaman kacangan. Pada TBM I harus ada 1 path tiap 8 baris tanaman, TBM II 1 path tiap 4 baris tanaman, TBM III 1 path tiap dua baris tanaman. Perawatan jalan tikus dilakukan 2 bulan sekali sehingga gulma yang tumbuh tidak sempat menutupi jalan tersebut.
2. Perawatan piringan
Piringan tanaman kelapa sawit harus terbebas dari gulma sehingga pemupukan bisa efektif dan tersedianya ruang pertumbuhan bagi tanaman. Jari jari piringan yaitu 1,0 m – 2,5 m. Untuk TBM I 1,0 m – 1,5 m, sedangkan untuk TBM II dan III yaitu 2,0 m – 2,5 m. Piringan harus terbebas dari segala jenis gulma, piringan di bersihkan dengan arah luar ke dalam sehingga mencegah erosi tanah keluar piringan. Piringan yang masih bersih tak perlu di bersihkan. Rotasi pembersihan piringan yaitu 6 kali setahun dengan 3 kali khemis dan 3 kali manual secara bergantian. Namun terdapat beberapa piringan yang sudah harus di bersihkan walaupun belum tiba rotasi.
3. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma berkaitan dengan perawatan piringan, gawangan dan jalan tikus. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara khemis, biologis, dan mekanis. Namun lebih mengutamakan cara non khemis agar menjaga kelestarian lingkungan. Pengendalian hama dengan pestisida hayati untuk mencegah rusaknya keseimbangan ekosistem.
4. Perawatan gawangan
Gawangan merupakan tempat mengumpulkan pelepah hasil potongan pruning. Pada TBM I dan II gawangan harus ditumbuhi LCC 100%, sedangkan pada TBM III selain 100% LCC ada toleransi untuk tumbuhnya rumput rumputan. Selain itu, dilakukan dongkel anak kayu sehingga terbebas dari gulma anak kayu. Pengendalian dengan herbisida harus sesuai dengan dosis anjuran.
5. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan kegiatan memperbaiki tanaman yang roboh dan mengganti tanaman yang mati dilapangan akibat kesalahan penanaman, gangguan hama, ataupun lingkungan yang ekstrem seperti genangan, kering, dan lain lain. Bibit yang di gunakan untuk pengganti tanaman yang mati adalah bibit cadangan yang telah di sediakan sehingga umur tanaman dapat seragam. Tanaman yang di perbaiki tidak boleh condong atau miring. Pelaksanaan konsolidasi dilakukan perblok dengan kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Pelaksanaan konsolidasi paling lambat dilakukan 6 bulan setelah penanaman dan hanya dilakukan sekali saja, tidak memiliki rotasi seperti kegiatan perawatan yang lain.
6. Pemupukan
Pemupukan adalah proses menambahkan unsur hara pada tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah serta tanaman tercukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk sendiri sebenarnya berupa zat yang ditambahkan pada tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Biaya pupuk dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara intensif sekitar 50-70% dari biaya pemeliharaan dan 25% dari seluruh biaya produksi (Kasno,2011). Rencana pemupukan kelapa sawit (TBM) meliputi:
-Blok tanaman yang akan dipupuk
-Jumlah kebutuhan pupuk per blok
-Permintaan kendaraan
-Tempat pengeceran pupuk
-Jenis dan jumlah peralatan pemupukan
Peranan air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan (Maryani,2012).Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman kelapa sawit pada pirirngan yaitu Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang-alang dan kotoran lain. Pada areal datar semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian luar teras. Hal itu untuk mencegah hilangnya pupuk karena aliran air dari atas bukit ke arah lembah. Jenis pupuk untuk kelapa sawit dapat berupa pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk, disarankan agar hati-hati karena banyak beredar di pasaran berbagai bentuk dan komposisi hara. Berbagai jenis pupuk diuraikan sebagai berikut :
· Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung satu jenis hara utama. Pupuk tunggal yang dipergunakan perkebunan kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hara makro bagi tanaman kelapa sawit.
· Pupuk Campuran
Untuk memenuhi kebutuhan hara secara khusus dan mengurangi biaya aplikasi, beberapa pupuk tunggal dapat dicampur menjadi pupuk campuran. Mereka mendalilkan bahwa nitrogen tanah dan ketersediaan air mungkin menjadi penyebab utama untuk variasi dalam hasil.
· Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur hara yang dikombinasikan dalam satu formulasi Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Nitrogen tanah dan ketersediaan mungkin terjadi penyebab utama untuk variasi dalam hasil (Anuar,2008).
· Pupuk Organik
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Selain itu pupuk organik cair juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan dapat langsung digunakan oleh tanaman(Gusniwati,2012). Pemberian bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman, karena kemampuannya memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Arsyad.2012). Pemberian pupuk organik kascing merupakan satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah (Sembiring,2013).
Dengan kelangkaan dan meningkatnya biaya dari pupuk anorganik, pemupukan perkebunan kelapa sawit telah menjadi sangat mahal. Ini mengharuskan kebutuhan untuk melihat ke dalam untuk layak sumber-sumber alternatif sebagai pupuk untuk pemupukan kelapa sawit (Imoge, 2011). Oleh karena itu, penyiaran pupuk pada tumpukan daun sepanjang baris alternatif memastikan peningkatan penyerapan pupuk karena akar lebih mampu menyerapnya (Ishola,2011).
7. Kastrasi dan sanitasi
Merupakan kegiatan pemotongan bunga jantan dan betina dengan menyisakan bunga jantan sebanyak 1 bunga dalam luasan 1 hektar untuk mempertahankan populasi Elaedobius kamerunikus serangga penyerbuk kelapa sawit. Sanitasi merupakan kegiatan memotong dan membersihkan tanaman dari sisa sisa pelepah yang kering dan tandan yang busuk.
B. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
Tanaman kelapa sawit menghasilkan merupakan tanaman yang sudah dapat di panen buahnya yaitu berumur 30-36 bulan. Perawatan tanaman menghasilkan penting dilakukan untuk membantu akses panen pekerja hingga pengangkutan buah ke TPH. Selain itu pemupukan pada tanaman menghasilkan diperlukan agar unsur hara dapat tersedia bagi tanaman untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Adapun beberapa pekerjaan perawatan tanaman menghasilkan yaitu rawat jalan panen, rawat piringan, pengendalian gulma, rawat gawangan pruning, dan rawat TPH.
1. Rawat jalan panen
Jalan panen merupakan jalan yang terletak diantara dua baris tanaman kelapa sawit yang diperuntukan bagi para pemanen untuk mengengkut buah dari dalam blok ke TPH. Maka dari itu, jalan panen harus terbebas dari tunggul dan sisa anak kayu, perlu dilakukan dongkel anak kayu, dan pengendalian gulma dengan cara khemis sehingga akses pemanen menjadi lebih baik. Lebar jalan panen yaitu 1,2 m -1,5 m. Pelaksanaan perawatan jalan panen dilakukan bersamaan dengan perawatan TPH dan piringan yitu CPT (Circle Path TPH). Rotasi perawatan jalan panen yaitu 90hari sekali dengan cara khemis.
2. Perawatan piringan
Piringan pada tanaman menghasilkan sangat penting di bersihkan karena selain tmendukung efektif pemupukan dan ruang tumbuh juga memudahkan dalam pengutipan brondolan. Jari jari piringan minimal 15 cm diluar tajuk. Rotasi pembersihan piringan yaitu 90 hari sekali dengan cara khemis pada saat CPT.
3. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma sebenarnya berkaitan dengan CPT namun lebih mengarah pada pemberantasan alang alang yang dilakukan dengan penyemprotan larutan glifosat. Untuk alang alang yang mengelompok dan setempat (Spot) dilakukan dengan wiping. Wiping tidak dilakukan dengan penyemprotan tetapi dengan mengoleskan larutan glifosat dengan menggunakan kain.
4. Perawatan gawangan
Merupakan kegiatan pembersihan gawangan dari anak kayu sehingga menghindarkan adanya kompetisi persaingan unsur hara dengan tanaman kelapa sawit yang berdampak menurunya produksi. Perawatan gawangan dilakukan dengan dongkel anak kayu dengan alat alat manual yaitu parang dan cangkul. Rotasi perawatan gawangan yaitu 90 hari sekali dengan cara manual.
5. Pruning/penunasan
Pruning merupakan aktivitas pengelolaan tajuk sehingga tercapai jumlah tajuk yang optimal dan mendukung tanaman dalam penangkapan cahaya untuk fotosintesis. Daun merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis sehingga di ibaratkan sebagai dapurnya tanaman, karena di situlah makanan di produksi yang selanjutnya di ubah menjadi TBS. Jumlah pelepah yang dipertahankan berbeda menurut umur tanaman. Pada umur 4-7 thn, jumlah pelepah yang di pertahankan 48-56 pelepah. Untuk umur 8-14 thn, sebanyak 40-48 pelepah, sedangkan untuk tanaman yang berumur lebih dari 15 thn, jumlah pelepah yang di pertahankan yaitu 32 pelepah. Pelepah yang telah dipotong disusun di gawangan mati sehingga tidak mengganggu akses jalan. Rotasi pruning yaitu 9 bulan sekali.
6. Perawatan TPH
Perawatan TPH dilakukan bersamaan dengan rawat path dan piringan yaitu pada saat CPT. Perawatan dilakukan dengan cara khemis dan rotasi 90 hari sekali. TPH tidak boleh tergenang dan tidak boleh miring. TPH harus sudah ada sebulan sebelum dilakukan pemanenan di persiapkan bersamaan dengan persiapan sarana panen.
Ma acih informasinya wkwk
BalasHapusOk
BalasHapusok
BalasHapus